GENGGONG DALAM MASA TENGGANG

GENGGONG DALAM MASA TENGGANG___Genggong merupakan salah satu alat musik tradisional yang berkembang di Lombok, yang terbuat dari pelepah daun aren dengan bentuk yang sangat sederhana namun sulit untuk dimainkan. Belum tahu pasti darimana persebaran musik genggong bermula, karena dibeberapa daerah dan negara lain juga memiliki alat musik tersebut walaupun dengan nama dan bentuk lain. Untuk itu bagi temen-temen yang tahu bisa berbagi informasi dikolom komentar.

Di Lombok Nusa Tenggara Barat, ada dua jenis dan bentuk yang bisa kita temukan yakni genggong dan slober. Dua alat musik ini secara karakter suara dan bentuk hampir tidak ada perbedaan. Mau tahu seperti apa musik genggong? kelik link berikut, jangan lupa subscribe ya https://youtu.be/8fbOt7-AYO8 

Di Desa Lenek sendiri yang dikenal adalah musik tradisional genggong. Dimana Puluhan tahun silam genggong dimainkan sebagai musik pelepas penat dan lelah saat istirahat berladang dan menggembala sapi. Puluhan tahun silam musik genggong juga tidak pernah terdengar bahkan namanya menjadi sangat asing ditelinga masyarakat, hingga pada akhirnya teman-teman  Rumah Budaya Paer Lenek bertemu dengan Amaq Almi, salah satu seniman dari Desa Lenek Duren Kec. Lenek Lombok Timur NTB dan merupakan satu-satunya pemain genggong yang berhasil kami temukan saat itu. Menurut penuturannya, Amaq Almi mulai belajar bermain genggong saat berusia 15 tahun, genggong yang digunakan belajar dibeli dari Amaq Abil dengan 150 ekor jangkrik yang ia kumpulkan selama dua hari. Tidak lama setelah itu Amaq Almi bertemu dengan  Amaq Kali salah satu pemain genggong kala itu. Melihat kemauannya yang tinggi untuk belajar, Amaq Kali kemudian mengajarkannya membuat alat musik genggong. Usaha memang tidak menghianati hasil, setelah berkali kali gagal dalam percobaanya, Amaq Almi kemudian berhasil memainkan genggong buatannya sendiri. Amaq Almi pernah menerima dua pesanan genggong dari Dane Rahil yang hendak dibawa kejakarta, pada saat itu dua genggong tersebut oleh Amaq Almi dijual dengan harga Rp.25,

Singkat cerita, setelah kurang lebih satu tahun perkenalan kami, Amaq Almi kemudian punya satu teman yaitu Amaq Anim yang sekaligus menjadi pathner bermain genggong di Festival Paer Lenek III dan merupakan pertama kalinya musik genggong dipentaskan. Dan pada waktu itu, teman-teman Rumah Budaya Paer Lenek membantu Amaq Almi untuk membentuk sanggar di Lenek Duren dengan nama sanggar “Lembah Rinjani” yang pada saat itu hanya beranggotakan lima orang, yakni Amaq Almi (pemain genggong/pembuat genggong, suling, congklik dan gamelan dari pipa besi) Amaq Aari (pemacak/penabuh gamelan) Amaq Ani (ketua sanggar), Amaq Kahar (penari topeng dan penabuh gamelan) dan Amaq Anim (pemain genggong). 

Kemudian pada perkembangannya sanggar “lembah rinjani” berganti nama menjadi sanggar “genggong lestari” dengan beberapa penambahan anggota. 

Kini jauh di kaki rinjani suara genggong mulai terdengar, menunggu untuk ditemukan, menunggu untuk dilestarikan oleh yang menyebut dirinya generasi penerus budaya bangsa dan yang mengatasnamakan dirinya instansi pemerintah pemerhati budaya nusantara.

Beberapa foto diatas kami ambil saat crew Trans 7 melakukan peliputan pada tahun 2017.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

FESTIFAL NGEJOT

DESA LENEK DAYA "BEGIBUNG"