SISI LAIN SANG MAESTRO "AMAQ RAYA"

SISI LAIN SANG MAESTRO "AMAQ RAYA"___Banyak orang yang tahu Amaq Raya, tapi tidak mengenalnya. Seorang maestro tari begitu gelarnya, akan tetapi kehidupannya tidak seperti yang teman-teman pikirkan dan bayangkan. Kesederhanaan begitu akrab dengannya, diusianya yang sudah renta, terkadang harus meluangkan waktunya untuk memulung sampah plastik, entah karena ingin mencari inspirasi atau memang untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, yang jelas kehidupannya berbanding terbalik sebagai seorang maestro. Tidak salah memang, dan bukannya mengiba, tapi begitulah sisilain dari kehidupan Amaq Raya sang maestro tari yang mungkin teman-teman tidak ketahui. Meskipun keadaannya seperti itu dan walaupun namanya timbul tenggelam dimedia dan gedung pemerintahan, seperti kebanyakan atlit olah raga di negeri tercinta, namun semangatnya untuk berkarya dan keteguhan hatinya untuk menjaga dan melestarikan seni budaya Sasak khususnya di Desa Lenek Kec. Lenek Kabupaten Lombok Timur NTB patut kita tiru sebagai pemilik dan pewaris seni budaya tersebut. Maka tidak berlebihan jika kita menyebutnya seniman sejati.

Harapan kami semoga pemerintah tidak hanya sekedar memberikan penghargaan secara seremonial saja, tetapi ada tindakan yang lebih konkrit. Karena sesungguhnya benteng pelestarian seni budaya adalah seniman dan budayawan, bukan perogram yang sering kali hanya sekedar formalitas, karena selama ini pemerintah hanya berhasil memberikan penghargaan kepada seniman dan budayawan dalam bentuk apresiasi sesaat, tetapi gagal melindungi mereka dalam kehidupan yang sebenarnya. 

Eet,,,Tunggu dulu, bukannya mau menyalahkan pemerintah, karena ketika pemerintah salah apakah kita benar.?

Ada banyak seniman dan budayawan hidup dan menghidupi seni budaya dengan tangan dan upayanya sendiri, tapi mereka mampu dan tetap eksis, karena bagi mereka melestarikan seni budaya adalah sebuah keharusan dan seharusnya menjadi tanggung jawab bersama, bagi mereka bantuan pemerintah adalah bonus karena seni budaya telah menjadi candu buat mereka. Ditengah segala keterbatasannya, mereka mampu mencuri perhatian nasional bahkan asia, bukan karena keadaannya, bukan karena kemiskinannya melainkan karya-karyanya dan pemikirannya yang luhur. Akan tetapi bukan berararti kita menutup mata bahwa pemerintah juga berupaya keras dalam menjaga kelestarian seni budaya dengan memberikan berbagai macam batuan kepada seniman dan budayawan. Amaq Raya menjadi maestro dan sering ke Jakarta,  sanggar-sanggar punya gamelan, adanya Rumah Budaya Paer Lenek dan tetep diselenggarakannya Festival Paer Lenek dan Festival Ngejot, semua itu tidak terlepas dari campurtangan pemerintah. Terkadang kita terlalu egois hanya mau diperhatikan pemerintah, sementara kontribusi kita terhadap pemerintah tidak ada. Belum selsai menciptakan satu tarian, belum kelar menciptakan satu gending (tabuh), belum sampai pada prase akhir puisi yang dikarang sudah mengatakan diri sebagai seniman dan budayawan kemudian menodong pemerintah menggunakan karya ilmiah lengkap dengan RAB (rencana anggaran biaya). 

Berhentilah mengeluh, mulailah berkarya, teruslah mencipta, karena semua butuh proses, ada waktunya kita menerim dan memberi, begitu juga dengan pemerintah jangan datang hanya pada saat ada kepentingan, seniman dan masyarakat butuh bimbingan dan dukungan, bukan sekeder program sesaat sebagai formalitas belaka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FESTIFAL NGEJOT

DESA LENEK DAYA "BEGIBUNG"

GENGGONG DALAM MASA TENGGANG